Junk Food dan Beragam Masalah Kesehatan yang Ditimbulkan
- rsoepra
- Dec 7, 2016
- 3 min read

Bukan lagi rahasia dimana kebiasaan konsumsi makanan cepat saji atau junk food di restoran kerap mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Di negara maju seperti Amerika dan Negara di Eropa, konsumsi makanan jenis ini bahkan popularitasnya menurun karena alasan kesehatan.
Rasanya yang pas di lidah dan varian menu yang ditawarkan membuat junk food mudah disukai. Tak hanya itu, dalam junk food juga sering dijumpai bahan aditif, yang membuat siapa saja yang memakannya selalu ingin mencobanya lagi.

Dalam banyak penelitian, konsumsi junk food atau makanan cepat saji buatan restoran tidak disarankan untuk dikonsumsi, terlebih jika terlalu sering. Ini dikarenakan kandungan sodium, gula dan lemak yang tinggi hampir dijumpai di berbagai jenis makanan junk food.
Ketiga bahan tersebut kerap meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius, seperti jantung dan obesitas atau kegemukan.
Tak berhenti disitu, dalam sebuah penelitian juga mengungkap fakta dampak buruk makanan junk food bagi kesehatan berkaitan zat bernama phthalates yang sering dijumpai pada beberapa produk kosmetik, pewangi dan pembersih.
Bagi kesehatan, zat phthalates ini dapat mengganggu kadar hormon tubuh dan bagi pria dewasa, zat ini dapat mengganggu kesuburan, dengan penurunan kualitas sperma.
Dalam laporan yang dipublikasikan jurnal Environmental Health Perspective mengungkap, konsentrasi zat kimia berbahaya pada junk food sangat tinggi. Hal tersebut diketahui setelah bahan phthalates dicerna oleh tubuh.

Dalam dua penelitian berbeda menemukan, konsumsi junk food yang terlalu sering membuat seseorang berpotensi terpapar dua zat kimia berbahaya, yaitu zat kimia phthalates dan bisphenol A tingkat tinggi.
Fakta ini didapat setelah para peneliti mengamati kebiasaan konsumsi junk food oleh sekitar 8.800 orang. Para peneliti meneliti contoh urin relawan setelah dalam kurun waktu 24 jam setelah mengkonsumsi junk food.
Dalam temuannya, para peneliti mengatakan phthalate yang telah dicerna tubuh menjadi senyawa kimia DEHP dan DiNP. Kedua zat kimia tersebut ditemukan dengan kadar tinggi juga kolesterol yang meningkat, dibanding orang yang tidak mengkonsumsi junk food.
Ami Zota, salah seorang yang terlibat dalam penelitian ini mengungkap, kandungan kedua bahan kimia berbahaya tersebut diduga karena proses persiapan dan pengemasan makanan. Sarung tangan plastik, bisa jadi salah satu penyebab paling sering penyebab makanan tercemari bahan kimia berbahaya tersebut.
Selain itu, prosedur pemasakan dengan proses pemanasan menggunakan bahan kimia menjadi penyebab utama zat kimia bisa masuk dalam makanan.
Tingkatkan risiko kerusakan otak

Tak hanya penyebab utama munculnya masalah sindrom metabolis dan kegemukan, dalam beberapa penelitian juga mengungkap dampak buruk makanan cepat saji bagi kesehatan otak. Dalam hal ini, konsumsi junk food juga akan membuat kualitas otak menurun.
Gangguan kesehatan otak karena makanan cepat saji biasa dijumpai dengan munculnya beberapa gejala. Seperti rasa cemas, depresi dan gejala gangguan faktor emosional lain yang disebabkan zat kimia pada makanan junk food.

Para peneliti di Universitas Montreal menemukan fakta, zat Mencit yang sering ada pada makanan junk food mengandung dampak kurang ramah bagi kesehatan. Seperti tinggi gula, lemak dan bahan kimia lain yang dapat berpengaruh langsung dan tak langsung bagi otak.
Lebih buruknya, bahan ini juga dapat meningkatkan reaksi kimia di otak yang membuat orang mudah ketagihan rasa makanan junk food.

Dr. Stephanie Fulton, pemimpin penelitian ini mengungkap, munculnya rasa ketagihan akan junk food sering berawal dari masalah depresi. Perubahan pola makan, pada akhirnya meningkatkan risiko ketagihan pada seseorang. Selain itu, kebiasaan ini juga dapat meningkatkan risiko stres.
Dalam penelitian yang termuat di The International Journal of Obesity mengungkap, keterkaitan zat Mencit dengan junk food sebelumnya diteliti dalam kurun waktu 12 minggu. Dalam penelitian tersebut, para peneliti membagi dua fase. Fase pertama paparan Mencit diberikan dengan kebiasaan orang konsumsi makanan rendah lemak. Sementara fase kedua, para peneliti memonitor hubungan Mencit dengan konsumsi makanan tinggi lemak.
Hasilnya, sekitar 11% orang yang mendapat Mencit dan makanan tinggi lemak mengalami peningkatan lingkar pinggang. Para peneliti mengungkap, perubahan kimia di otak, membuat seseorang mengalami perubahan kimia di otak.
Dalan penelitian yang tertuang di jurnal A Neurology mengungkap, konsumsi makanan junk food membuat kandungan minyak trans di tubuh meningkat. Hal ini yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas volume dan fungsi otak.
Dr Gene Bowman dari Oregon Health and Science University mengatakan, trans fat pada junk food kerap berkaitan dengan kerusakan jantung dan otak. Sehingga konsumsi jenis makanan ini sebaiknya tidak terlalu sering, atau ditinggalkan sama sekali.
コメント