Leptin dan Ghrelin Dibalik Risiko Obesitas
- rsoepra
- Nov 23, 2016
- 4 min read

Mengisi perut dengan beragam jenis nutrisi makanan adalah cara kita memenuhi kebutuhan energi setiap hari. Dan tahukah Anda, mekanisme mengisi perut ternyata dipengaruhi dua hormon penting, yakni Ghrelin dan Leptin.
Bagaikan sebuah alarm, kedua hormon tersebut memiliki fungsi pengingat, kapan kita perlu asupan dan kapan kita berhenti untuk makan. Semua sinyal tersebut diatur oleh hormon Ghrelin dan Leptin dengan mengirim sinyal langsung ke otak (bagian hipotalamus).
Ibaratnya, hormon Ghrelin akan berbunyi “Aku Lapar” sementara hormon Leptin akan berbunyi “Ok Aku sudah kenyang”. Bukan hanya mengatur rasa lapar dan kenyang, Ghrelin dan Leptin juga berpengaruh pada regulasi asupan makanan secara keseluruhan, dan sering berkaitan dengan risiko bertambahnya berat badan.
Hormon Ghrelin

Hormon Ghrelin dihasilkan dari lambung, dan biasa dijumpai pada saluran pencernaan. Juga pada bagian pankreas, ovarium dan korteks adrenal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kojima dan Kangawa, hormon Ghrelin akan meningkat seiring semakin rendah asupan energi di dalam tubuh. Dan sebaliknya, jumlah hormon ini akan menurun seiring perut mulai terisi.
Secara khusus hormon Ghrelin memiliki tugas meningkatkan asupan makanan sekaligus mengurangi energi yang keluar. Caranya dengan menurunkan katabolisme lemak. Dan faktor makanan adalah hal utama dalam regulasi peningkatan dan penurunan jumlah Ghrelin di tubuh.
Seiring bertambahnya usia, keberadaan hormon Ghrelin biasanya akan menurun jumlahnya. Meski demikian, seseorang tetap bisa merasakan lapar, salah satunya dengan indikasi bunyi di perut, atau yang biasa kita kenal dengan istilah “Perut Keroncongan”
Hormon Leptin
Bekerja sebaliknya dengan Ghrelin, hormon Leptin biasanya bekerja saat perut mulai terisi, dan energi mulai didapat kembali. Jumlah Leptin akan menurun, seiring semakin banyaknya makanan yang sudah kita konsumsi.
Hormon Leptin diproduksi dari sel jaringan lemak (adiposa). Tempat produksinya adalah area sekitar perut mammary epithelium, plasenta dan jantung. Tugas utama hormon Leptin adalah menghambat asupan makanan yang akan masuk kedalam tubuh.
Selain itu, Leptin akan bekerja sebagai bagian mekanisme umpan balik, mengatur berat badan dan juga homeostasis energi.
Diluar kebutuhan alaram saat tubuh mulai kenyang, Leptin juga bekerja dalam hal reproduksi, respon imun dan inflamasi, pembentukan sel darah merah, pembentukan pembuluh darah, pembentukan tulang dan penyembuhan luka.
Leptin bekerja saat aliran darah cukup mengasup makanan sebagai pertanda, perut sudah merasa lebih kenyang. Dan dibanding Pria, kadar Leptin pada wanita umumnya lebih tinggi.
Dalam darah, jumlah Leptin sering berkaitan dengan lemak trigliserida di jaringan lemak. Yang artinya, semakin banyak cadangan lemak, jumlah hormon Leptin yang dilepaskan juga akan meningkat.
Dan hal ini membuat kadar hormon Leptin sering tinggi pada orang-orang yang mengalami masalah berat badan, atau obesitas.

Pada seseorang yang mengalami masalah obesitas, umumnya peningkatan hormon Leptin berdampak kurang baik. Karena tak hanya membuat seseorang mudah kenyang, peningkatan ini justru menyebabkan otak kurang peka terhadap sinyal kenyang untuk berhenti makan.
Artinya, resistensi Leptin pada orang gemuk akan membuat mereka justru jarang merasa kenyang. Dan hal ini biasanya akan memperburuk kondisi seseorang, terutama dalam hal peningkatan risiko obesitas.
Makanan untuk menghindari obesitas

Dalam hal berdiet secara umum yang sering diketahui masyarakan, kebanyakan orang sering melakukan cara konvensional. Yakni dengan mengurangi porsi makan atau sampai dengan tidak makan. Kebiasaan ini sering berdampak pada lambung kosong, dan meningkatkan produksi hormon Ghrelin, penyebab rasa lapar yang berlebihan.
Kondisi perut kosong dan rasa lapar ini akan membuat program diet Anda sering tak berjalan sesuai dengan rencana. Diet yang benar dilakukan dengan makan yang cukup dimana Anda harus tetap kenyang, dan membagi porsi dan jadwal makan dengan tepat. Apa yang dapat dikonsumsi?
1.Karbohidrat Kompleks - Ubi jalar, beras merah, kentang, quinoa.
2.Protein lengkap, yang mudah diserap dan rendah lemak dalam jumlah yang tidak besar. (Daging merah tidak sarat lemak, daging ayam / unggas tanpa kulit, ikan, telur, kedelai, kacang-kacangan)
3.a. Lemak tak jenuh (monounsaturated fatty acid) – minyak zaitun, kacang-kacangan, alpukat, minyak canola.
b. Lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid) – ikan salmon, minyak kedelai, walnut
c. Jauhi lemak jenuh seperti (daging babi, daging sapi, olahan daging panggang, mentega, mayones, kentang goreng.
4.Sayuran yang cukup – brokoli, jeruk lemon, bayam, kol, apel, kacang, pepaya.
Dampaknya?
Leptin bekerja dengan memberi sinyal di otak bahwa tubuh sudah merasa cukup untuk kebutuhan energi atau lemak. Kelebihan Leptin, justru kerap berdampak kurang baik, karena hal ini justru membuat otak kurang peka terhadap rasa kenyang.
Hal ini yang pada akhirnya membuat orang kerap merasa masih lapar namun masih tetap saja ingin makan. Dampaknya, seseorang akan mudah mengalami masalah obesitas. Terlebih jika yang dimakan kurang nutrisi dan memiliki banyak kandungan kalori.
Selain faktor kebiasaan makan, keberadaan kedua hormon sering juga dipengaruhi oleh faktor istirahat. Orang yang memiliki jam tidur cukup, dan bangun pagi setiap hari, rata-rata memiliki jumlah hormon Ghrelin dan Leptin lebih normal ketimbang mereka yang tidak memiliki jam istirahat cukup.

Dengan kata lain, istirahat terlalu sedikit, atau terlalu banyak akan membuat seseorang mudah merasa lapar. Dampaknya, nafsu makan yang tinggi dan diimbangi dengan konsumsi makanan kurang sehat dan aktivitas fisik kurang membuat risiko obesitas semakin tinggi.

Selain itu, keberadan hormon “Lapar dan Kenyang” juga sering dipengaruhi oleh faktor usia. Jangan heran, orang berusia diatas 30 tahun rata-rata memiliki badan tambun, dengan penumpukan lemak di beberapa bagian tubuh. Salah satunya disebabkan karena kontrol rasa kenyang dan lapar mereka terganggu.
Apa yang perlu kita lakukan dalam hal ini adalah dengan menyiasati, dengan konsumsi makanan cukup nutrisi, rendah kalori. Proses pemilihan jenis makanan yang tepat akan membuat Anda tetap kenyang dan tidak takut makan.






Comments